Senin, 01 Juni 2020

Survei KPAI: Mayoritas Orang Tua Tak Setuju Sekolah Dibuka 13 Juli 2020


Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Retno Listyarti menginisiasi penyusunan angket yang berisi 10 pertanyaan terkait rencana sekolah dibuka jelang penerapan new normal. Angket ini bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orang tua, dan guru secara langsung kepada kebijakan negara terkait anak.

Retno awalnya mengunggah angket tersebut di Facebook. Namun, angket tersebut viral dan mendapatkan respons dari masyarakat.

“Saya mengapresiasi semangat dan antusias masyarakat mengisi dan men-share angket tersebut. Bahkan ketika pengisian angket ditutup pada Kamis (28/5) pukul 7.30 WIB, ada ratusan WhatsApp dan inbox Facebook ke nomor pribadi Retno dari masyarakat yang berminat mengisi angket tersebut,” kata Retno dalam keterangannya, Jumat (29/5).

Karena respons masyarakat yang tinggi, dalam 32 jam sejak angket dibuka, tercatat ada 9.643 siswa yang berpartisipasi; 18.112 guru yang berpartisipasi; dan 196.559 orang tua yang berpartisipasi. Retno mengungkapkan, orang tua yang paling antusias mengikuti pengisian angket tersebut.

“Jumlah yang berpartisipasi mengisi angket ini sungguh di luar dugaan saya. Orang tua yang mengisi mencapai ratusan ribu dalam waktu singkat, menggambarkan bahwa masyarakat khawatir melepas anaknya bersekolah di saat pandemi, kasus masih tinggi, dan belum terlihat persiapan sekolah dan Dinas Pendidikan dalam melindungi anak-anak selama di sekolah nantinya,” ungkapnya.


Berdasarkan data yang terkumpul, mayoritas siswa setuju masuk sekolah. Namun, sebagian besar orang tua tidak setuju sekolah dibuka tanggal 13 Juni 2020.

"Sebagian besar anak setuju sekolah dibuka karena kemungkinan mereka sudah jenuh belajar dari rumah. Ini mengkonfirmasikan bahwa data survei PJJ KPAI beberapa waktu lalu yang menunjukkan siswa mengalami kejenuhan selama PJJ dan bahkan siswa berpendapat lebih senang belajar di sekolah," ungkap Retno.

Sementara orang tua yang menolak sekolah dibuka kembali menunjukkan kekhawatiran mereka akan keselamatan dan kesehatan anak-anaknya di tengah pandemi virus corona. Apalagi belum ada persiapan yang memadai untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat di sekolah.

"Namun detailnya dari data angket yang sudah diisi oleh ratusan ribu responden harus diolah dahulu, selanjutnya harus saya di analisis. Perlu beberapa hari bagi saya untuk melakukan olah data dan analisa data," ujarnya.

Retno menjelaskan, pilihan jawaban tertutup dalam angket tersebut merupakan hasil pemikiran dan diskusi Retno dengan para guru, orang tua, dan tenaga kesehatan. Pertanyaan tertutup dipilih agar memudahkan saat olah data dan tak ada kesan menggiring jawaban.

Metode tersebut juga memungkinkan masyarakat memilih lebih dari satu jawaban, bahkan dibuka juga jawaban lainnya jika tidak ada jawaban yang diinginkan responden.

Retno mengatakan sudah menutup angket dan tidak akan membuka angket baru meski respons masyarakat, terutama orang tua, cukup tinggi. Data yang ada akan diolah dan dianalisis.

”Jadi hasil angket uji coba ini yang akan saya olah dan analisis nanti. Data ini sangat disayangkan kalau tidak ditindaklanjuti meskipun datanya hanya berasal dari uji coba angket yang saya susun karena kegundahan saya pribadi atas tingginya kasus anak terinfeksi COVID-19. Sehingga sebagai seorang ibu yang memiliki anak yang masih sekolah dasar, saya khawatir keselamatan dan kesehatan anak saya ketika dia harus masuk sekolah Juli 2020,” jelasnya.

Retno berharap angket tersebut menjadi wadah bagi masyarakat, khususnya bagi siswa, orang tua, dan guru terkait kebijakan pemerintah yang ingin membuka sekolah di tengah pandemi virus corona.

"Angket ini bukan penelitian. Ini hanya sebagai ruang membuka partisipasi siswa, orang tua, dan guru untuk berpendapat tentang kebijakan negara terkait sekolah dibuka atau tidak saat tahun ajaran baru 13 Juli 2020 saat pandemi COVID-19. Karena sepanjang pengetahuan saya selama ini, jarang ada ruang bagi guru, siswa, dan orang tua untuk berpendapat atas kebijakan publik terkait diri mereka sendiri dan anak," pungkasnya.
Sumber: kumparan.com

0 comments:

Posting Komentar