Informasi Seputar SMP Negeri 4 Sukasada Dan Dunia Pendidikan
Finlandia merupakan salah satu negara di Eropa dengan sistem pendidikan terbaik.
Sistem pendidikan di Finlandia disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dan riset bertahun-tahun.
Banyak yang penasaran tentang sistem pendidikan di negara ini. Finlandia memiliki sistem yang jauh berbeda dari kebanyakan negara.
Mengutip dari World Economic Forum, sebelum ke sekolah formal, anak-anak di negara ini belajar bagaimana menjadi anak.
Mereka belajar dengan bermain bersama hingga mengolah emosi. Dari metode inilah alasan mengapa Finlandia memiliki sistem pendidikan yang baik.
Berikut fakta-fakta tentang sistem pendidikan di Finlandia. Fakta di bawah ini dirangkum KONTAN.co.id dari World Economic Forum dan Business Insider.
Wajib belajar hanya 9 tahun
Sistem pendidikan di Finlandia hanya mewajibkan 9 tahun belajar. Anak-anak mulai masuk sekolah formal di umur 7 tahun.
Sebelum masuk sekolah formal, anak akan dititipkan di daycare dan TK. Biaya daycare dan TK ditanggung pemerintah alias gratis.
43 persen siswa sekolah menengah atas di Finlandia bersekolah di sekolah vokasi. Rata-rata anak di Finlandia lulus pada umur 16 tahun. Setelahnya mereka bebas memilih sesuai keinginan mereka.
Fokus pendidikan
6 Tahun pertama pendidikan di Finlandia tidak fokus pada nilai akademik. Siswa mengambil ujian matrikulasi nasional pada umur 16 tahun.
Di Finlandia tidak ada sekolah swasta. Semua sekolah dibiayai oleh pemerintah sehingga tidak ada kesenjangan.
Tidak ada ranking sekolah, daerah, hingga guru dan murid. Sistem pendidikan di Finlandia tidak menitik beratkan kompetisi. Kunci dari kesuksesan ada di kerja sama, bukan kompetisi.
Jeda waktu saat belajar
Siswa di Finlandia mendapatkan jeda istirahat yang cukup banyak. Sehari mereka mendapatkan sebanyak 75 menit waktu istirahat.
Tiap 45 menit belajar, siswa akan mendapatkan 15 menit istirahat. Dengan metode ini siswa bisa memiliki performa dan bisa mengerjakan tugas lebih baik.
Beban PR yang sedikit
Guru di Finlandia tidak memberikan banyak pekerjaan rumah (PR) pada siswa. Orang tua dan guru meyakini pelajaran di sekolah sudah cukup padat.
Kurikulum pendidikan di Finlandia berbeda dengan kebanyakan negara. Kurikulum berupa dasar pedoman yang luas. Guru-guru bebas menentukan gaya dan ide pembelajaran mereka sendiri.
Kualitas pendidik
Profesi guru di Finlandia sangat dihormati. Ini menjadi salah satu kunci keunggulan sistem pendidikan di Finlandia. Mereka mendapatkan gaji yang tinggi dibanding gaji guru di negara lainnya.
Untuk menjadi seorang guru pun perlu kualifikasi khusus. Guru di Finlandia harus setidaknya bergelar master. Mereka juga harus menyelesaikan program kualifikasi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan kuota belajar pada bantuan kuota internet dapat digunakan untuk mengakses 19 aplikasi pembelajaran.
"Sampai saat ini baru 19 aplikasi untuk kuota belajar. Kami menerima masukan, jika ada usulan penambahan aplikasi lainnya," ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud, Muhammad Hasan Chabibie dalam taklimat media di Jakarta, Selasa.
Ke-19 aplikasi dan situs tersebut, yakni Aminin, Ayoblajar, Bahaso, Birru, Cakap, Duolingo, Edmodo, Eduka System, Ganeca digital, Google Classroom, Kipin School 4.0, Microsoft Education, Quipper, Ruang Guru, Rumah Belajar, Sekolah.Mu, Udemy, Zenius, dan Whatsapp.
Bantuan kuota internet kepada peserta didik dan tenaga pendidik tersebut mulai diberikan pada September hingga Desember.
Untuk jenjang PAUD, peserta didik mendapatkan 20 GB per bulan yang terdiri dari 5 GB kuota umum dan 15 GB kuota belajar. Untuk jenjang SD hingga SMA, peserta didik mendapatkan 35 GB per bulan yang terdiri dari 5 GB kuota umum dan 30 GB kuota belajar.
Selanjutnya, pendidik mulai jenjang PAUD hingga SMA mendapatkan 42 GB per bulan yang terdiri dari 5 GB kuota umum dan 37 GB kuota belajar, dan dosen serta mahasiswa sebanyak 50 GB per bulan yang terdiri dari 5 GB kuota umum dan 45 GB kuota belajar.
Hasan menambahkan pihaknya memang tidak memasukkan aplikasi Youtube pada kuota belajar, karena lebih banyak hiburannya dibandingkan pembelajarannya.
"Namun, jika mau mengakses Youtube untuk pembelajaran dapat menggunakan kuota umum," jelas dia.
Hasan menjelaskan daftar aplikasi yang dapat diakses pada kuota belajar itu akan terus diperbaharui. "Jadi, ini bukan harga mati. Ini masih bisa ditambahkan dengan aplikasi lainnya yang kira-kira diakses sekolah, atau kampus, atau lembaga yang mengelola pembelajaran," tuturnya.