Senin, 27 Juli 2020

BAHASA INGGRIS KELAS 7: THANKING AND APOLOGIZING

Setelah kita belajar mengenai sapaan dan pamitan atau greeting and leave taking, berikut nya kita belajar mengenai cara berterima kasih (expressing gratitute) dan meminta maaf (Making apology).

1.      Thanking
Thanking, to thank artinya berterima kasih atau mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang telah membantu atau menolong kita.
Berikut ini adalah ungkapan/ekspresi dan jawaban/respon yang biasa digunakan untuk mengungkapkan terima kasih kepada orang lain:
a.       Expressing gratitute/Thanking
-          Thank you
-          Thank you so much
-          Thank you very much
-          Thanks a lot
-          Thanks
-          Many thanks
-          Thanks for helping me
-          Thanks for your help
b.      Responding to thanking
-          You are welcome
-          You’re welcome
-          Don’t mention it
-          No problem
-          All right
-          Never mind

2.      Apologizing
Apologizing, to apologize artinya meminta maaf atas kesalahan/kekhilafan kepada orang lain. Dengan kata lain, meminta maaf dapat berarti menyesali atas perbuatan yang telah dilakukan.
Berikut adalah ungkapan/ekspresi dan tanggapan atau menerima maaf yang umumnya digunakan untuk meminta maaf kepada orang lain:
a.       Making apology (Meminta maaf)
-          Sorry
-          I’m sorry
-          I’m so sorry
-          I’m really sorry
-          Sorry it was my fault
-          Forgive me
-          I do apologize
-          I apologize
-          Pardon me
-          Please accept my apology
-          Sorry for my mistakes.
b.      Accepting apology (Menerima maaf)
-          That’s all right
-          That’s okay
-          It’s all right
-          It’s okay
-          It’s fine
-          Forget it
-          Never mind
-          Don’t apologize
-          It doesn’t matter
-          Don’t worry about it.

3.      Contoh Dialog Thanking
a.       Shidqi  : Laila, May I borrow your dictionary?
Laila    : Of course, Shidqi. Here you are.
Shidqi  : Thank you.
Laila    : You are welcome.
b.      Ana     : What are you doing, Ali?
Ali       : I’m finishing my homework, An.
Ana     : Can I help you?
Ali       : Oh, Thank you very much.
Ana     : Don’ t mention it.

4.      Contoh Dialog Apologizing
a.       Ahmad            : Imam, can you lend me your calculator?
Imam   : I’m sorry, Ahmad. I’m still using it.
Imam   : That’s okay. I’ll borrow another.

b.      Sofyan             : Sorry, sir. I’m late.
Mr. Sulton       : It’s all right. Why are you late, Sofyan?
Sofyan             : I got up at seven in the morning, sir. I watched TV until eleven at night.
Mr. Sulton       : You must sleep early. Please don’t do that anymore.
Sofyan             : All right, sir.






Sabtu, 25 Juli 2020

Pendaftaran Ekstra Kurikuler Kelas 7B 2020/2021

Ekstrakurikuler atau ekskul ini adalah salah satu kegiatan atau aktivitas tambahan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang dilakukan baik di sekolah atau di luar sekolah itu dengan tujuan untuk bisa mendapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan serta wawasan dan juga membantu di dalam membentuk karakter peserta didik itu sesuai dengan minat serta bakat tiap-tiap individu.

Untuk seluruh siswa kelas 7B yang akan mengikuti kegiatan ekstra silahkan isi form berikut ini:


Senin, 20 Juli 2020

Chapter I : Good morning. How are You?

Di SD sebelumnya mungkin kita telah mempelajari materi ini, namun karena kita sekarang sudah masuk ke jenjang yang lebih tinggi, dan bertemu dengan teman-teman baru, tentunya kita harus memperkenalkan diri kita kepada teman-teman kita utamanya saat pelajaran bahasa inggris. Yuk mari kita langsung saja simak materi greeting and parting kelas 7 SMP berikut ini.

Rabu, 15 Juli 2020

Pidato Penutupan MPLS Maya SMP Negeri 4 Sukasada

Prestasi SMP Negeri 4 Sukasada

Selasa, 14 Juli 2020

Lagu Bagimu Negeri

Pengenalan Ekstra Kurikuler SMP Negeri 4 Sukasada Dalam MPLS


Panduan Seru Belajar “New Normal” dan Protokol Kesehatan dalam upaya pencegahan Covid-19

Bagi sekolah yang berada di zona hijau dan telah mendapatkan ijin dari otoritas setempat untuk melakukan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran di sekolah, maka ada beberapa panduan yang harus diikuti demi mencegah penyebaran covid-19.
Silahkan simak video dibawah ini dan selamat menyaksikan.

Senin, 13 Juli 2020

MPLS Maya SMP Negeri 4 Sukasada

Hari ini, 13 Juli 2020 SMP Negeri 4 Sukasada menggelar Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah secara Daring, MPLS ini menandai dimulainya tahun pembelajaran 2020/2021.
MPLS maya ini dilaksanakan untuk menghindari penularan covid-19 ke  siswa, guru dan orang tua murid dari covid-19. 
Berikut beberapa video yang ditayangkan sebagai materi dalam MPLS maya ini. 




Selasa, 07 Juli 2020

HARI RAYA PAGERWESI


Kata “pagerwesi” artinya pagar dari besi. Ini me-lambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. 

Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.

Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.

Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula rerahinan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
“Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh.”
Artinya:
Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca 0Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah.
Artinya:
Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).

Hakikat pelaksanaan upacara Pegerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga.
Tengah malam umat dianjurkan untuk melakukan meditasi (yoga dan samadhi). Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah “Sesayut Panca Lingga” sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci Praspenyeneng dan Banten Penek. 
Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan. Banten yang paling inti perayaan Pegerwesi bagi umat kebanyakan adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan. Tentunya dilengkapi Daksina, Canang dan Sodaan. Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Makna Filosofi
Sebagaimana telah disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.

Mengadakan yoga berarti Tuhan menciptakan diri-Nya sebagai guru. Barang siapa menyucikan dirinya akan dapat mencapai kekuatan yoga dari Hyang Pramesti Guru. Kekuatan itulah yang akan dipakai memagari diri. Pagar yang paling kuat untuk melindungi diri kita adalah ilmu yang berasal dari guru sejati pula. Guru yang sejati adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu inti dari perayaan Pagerwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. Memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji dan memusatkan diri. Ini berarti kita harus menyerahkan kebodohan kita pada Tuhan agar beliau sebagai guru sejati dapat megisi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati.

Pada hari raya Pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan “pager besi” untuk melindungi hidup kita di dunia ini. Di samping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama Dewata Nawa Sanga adalah untuk “ngawerdhiaken sarwa tumitah muang sarwa tumuwuh.”
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan. Tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan. Tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan.

Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlulah kita berguru agar ada keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran yaitu:
Krsi yang artinya pertanian (sarwa tumuwuh).
Goraksya, artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
Wanijyam, artinya perdagangan. Berdagang adalah suatu pengabdian kepada produsen dan konsumen. Keuntungan yang benar, berdasarkan dharma apabila produsen dan konsumen diuntungkan. Kalau ada pihak yang dirugikan, itu berarti ada kecurangan. Keuntungan yang didapat dari kecurangan jelas tidak dikehendaki dharma.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumitah dan sarwa tumuwuh. Moral manusia akan ambruk apabila manusia dilanda kemiskinan baik miskin moral maupun miskin material. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan sebagai guru sejati. Berlindung dan berbakti adalah salah satu ciri manusia bermoral tanpa kesombongan.

Mengembangkan pertanian dan peternakan bertujuan untuk memagari manusia dari kemiskinan material. Karena itu tepatlah bila hari raya Pagerwesi dipandang sebagai hari untuk memerangi diri dengan kekuatan meterial. Kalau kedua hal itu (pertanian dan peternakan) kuat, maka adharma tidak dapat masuk menguasai manusia. Yang menarik untuk dipahami adalah Pagerwesi adalah hari raya yang lebih diperuntukkan para pendeta (sang purohita). Hal ini dapat dipahami, karena untuk menjangkau vibrasi yoga Sanghyang Pramesti Guru tidaklah mudah. Hanya orang tertentu yang dapat menjangkau vibrasi Sanghyang Pramesti Guru. Karena itu ditekankan pada pendeta dan beliaulah yang akan melanjutkan pada masyarakat umum. Dalam agama Hindu, purohita adalah adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat. Sang Purohita-lah yang lebih mampu menggerakkan atma dengan tapa brata.
Dalam Manawa Dharmasastra V, 109 disebutkan:
Atma dibersihkan dengan tapa bratabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) manah (pikiran) dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut satya.
Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pulalah guru sejati. Karena itu amat ditekankan pada Hari Raya Pagerwesi para pendeta agar ngarga, mapasang lingga.
Ngarga adalah suatu tempat untuk membuat tirtha bagi para pendeta. Sebelum membuat tirtha, terlebih dahulu pendeta menyucikan arga dengan air, dengan pengasepan sampai disucikan dengan mantra-mantra tertentu sehingga tirtha yang dihasilkan betul-betul amat suci. 

Pembuatan tirtha dalam upacara-upacara besar dilakukan dengan mapulang lingga. Tirtha suci itulah yang akan dibagikan kepada umat. Mengingat ngargha mapasang lingga dianjurkan oleh lontar Sundarigama pada hari Pagerwesi ini, berarti para pendeta harus melakukan hal yang amat utama untuk mencapai vibrasi spiritual payogan Sanghyang Pramesti Guru.
Sesayut Panca Lingga dengan inti ketipat Lingga adalah memohon lima manifestasi Siwa untuk memberikan benteng kekuatan (pager besi) dalam menghadapi hidup ini. Para pendetalah yang mempunyai kewajiban menghadirkan lebih intensif dalam masyarakat. Kemahakuasaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa dengan simbol Panca Lingga, Sesayut Pageh Urip bagi kebanyakan atau umat yang masih walaka. Kata “pageh” artinya “pagar” atau “teguh” sedangkan “urip” artinya “hidup”. “Pageh urip” artinya hidup yang teguh atau hidup yang terlindungi. Kata “sesayut” berasal dari bahasa Jawa dari kata “ayu” artinya selamat atau sejahtera.
Natab Sesayut artinya mohon keselamatan atau kerahayuan. Banten Sesayut memakai alas sesayut yang bentuknya bundar dan maiseh dari daun kelapa. Bentuk ini melambangkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan haruslah secara bertahap dan beren-cana. Tidak bisa suatu kebaikan itu diwujudkan dengan cara yang ambisius. Demikianlah sepintas filosofi yang terkandung dalam lambang upacara Pagerwesi.

Di India, umat Hindu memiliki hari raya yang disebut Guru Purnima dan hari raya Walmiki Jayanti. Upacara Guru Purnima pada intinya adalah hari raya untuk memuja Resi Vyasa berkat jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi kitab suci Weda. Resi Vyasa pula yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana. Putra Bhagawan Parasara itu pula yang mendapatkan wahyu ten-tang Catur Purusartha yaitu empat tujuan hidup yang kemudian diuraikan dalam kitab Brahma Purana.

Berkat jasa-jasa Resi Vyasa itulah umat Hindu setiap tahun merayakan Guru Purnima dengan mengadakan persembahyangan atau istilah di India melakukan puja untuk keagungan Resi Vyasa dengan mementaskan berbagai episode tentang Resi Vyasa. Resi Vyasa diyakini sebagai adi guru loka yaitu gurunya alam semesta.
Sedangkan Walmiki Jayanti dirayakan setiap bulan Oktober pada hari Purnama. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja Resi Walmiki yang amat berjasa menyusun Ramayana sebanyak 24.000 sloka. Ke-24. 000 sloka Ramayana itu dikembangkan dari Tri Pada Mantra yaitu bagian inti dari Savitri Mantra yang lebih populer dengan Gayatri Mantra. Ke-24 suku kata suci dari Tri Pada Mantra itulah yang berhasil dikembangkan menjadi 24.000 sloka oleh Resi Walmiki berkat kesuciannya. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja sebagai adi guru loka yaitu maha gurunya alam semesta.

Sampai saat ini Mahabharata dan Ramayana yang disebut itihasa adalah merupakan pagar besi dari manusia untuk melindungi dirinya dari serangan hawa nafsu jahat.
Jika kita boleh mengambil kesimpulan, kiranya Hari Raya Pagerwesi di Indonesia dengan Hari Raya Guru Purnima dan Walmiki Jayanti memiliki semangat yang searah untuk memuja Tuhan dan resi sebagai guru yang menuntun manusia menuju hidup yang kuat dan suci. Nilai hakiki dari perayaan Guru Purnima dan Walmiki Jayanti dengan Pegerwesi dapat dipadukan. Namun bagaimana cara perayaannya, tentu lebih tepat disesuaikan dengan budaya atau tradisi masing-masing tempat. Yang penting adalah adanya pemadatan nilai atau penambahan makna dari memuja Sanghyang Pramesti Guru ditambah dengan memperdalam pemahaman akan jasa-jasa para resi, seperti Resi Vyasa, Resi Walmiki dan resi-resi yang sangat berjasa bagi umat Hindu di Indonesia.
(Sumber: Buku “Yadnya dan Bhakti” oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)
http://www.parisada.org/

Minggu, 05 Juli 2020

6 Karakter Sistem Pendidikan demi Capai Profil Pelajar Pancasila



Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyampaikan upayanya mengubah karakter sistem pendidikan Indonesia ke depan, termasuk pendidikan di perguruan tinggi.

Ada 6 karakter yang akan ia tanamkan untuk mencetak pelajar Indonesia masa depan. Karakter tersebut harus bisa mencetak profil pelajar Pancasila.

"Benang merah adalah suatu visi kampus masa depan kita, dan visi itu berdasarkan satu prinsip atau objektif mencetak profil pelajar Pancasila. Itu adalah objektif dari sistem pendidikan kita ke depan yang punya 6 karakter. Pertama, beriman, bertakwa, berakhlak dan berintegritas," kata Nadiem dalam diskusi daring, Sabtu (4/7).

Kedua, ia berharap agar para pelajar memiliki rasa kebhinekaan yang global, cinta keberagaman, dan rasa nasionalisme karena cinta akan keberagaman yang ada di Indonesia. Ketiga, Nadiem menargetkan, para pelajar memiliki kemandirian, memiliki kemampuan bekerja dan belajar secara independen. Artinya, pelajar diharap memiliki motivasi untuk mencari ilmu sendiri.

"Keempat gotong royong, ini kompetensi terpenting di masa depan dunia kerja kita. Memiliki kemampuan komunikasi secara tim dan efektif," imbuh Nadiem.

Kelima, Nadiem berharap agar pelajar bisa memiliki pemikiran yang kritis yang berguna untuk pemecahan masalah, mempertanyakan fakta, dan menggunakan logika.

"Dan tentu saja kuantitatif," kata Nadiem.

Terakhir, Nadiem mencanangkan agar para pelajar memiliki kreativitas. Artinya, pelajar mampu melihat sesuatu yang sebelumnya tidak ada jadi ada atau memiliki kemampuan dalam berkarya.

"Semua strategi dan program ini akan mengarah ke suatu visi ke depan kampus kita seperti apa, agar semua kebijakan terlihat, kenapa akan melahirkan seperti apa. Tidak perlu menunggu 10 tahun, harapan saya 5 tahun ke depan terjadi," tutup Nadiem.

Sabtu, 04 Juli 2020

“Guru Penggerak” Bakal Jadi Ujung Tombak Transformasi Pendidikan Indonesia



Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengatakan Merdeka Belajar Episode 5: “Guru Penggerak” merupakan ujung tombak perubahan transformasi pendidikan Indonesia.

“Diharapkan program ini dapat mendukung tumbuh kembang siswa secara holistik,” kata Mendikbud saat peluncuran Merdeka Belajar Episode 5 : Guru Penggerak melalui virtual zoom webinar yang disiarkan secara langsung pada kanal youtube Kemendikbud RI, Jumat (03/07/2020).

Nadiem mengungkapkan, Guru Penggerak sendiri adalah program pelatihan, identifikasi dan pembibitan calon pemimpin pendidikan di masa depan. Program ini memang bagian dari agenda Merdeka Belajar.

Sebagai informasi, Merdeka Belajar sebelumnya telah memiliki empat program yang membahas Ujian Pendidikan dan Zonasi, Kampus Merdeka, Mekanisme Operasional Bos dan program Organisasi Penggerak.

“Terkait arah program Guru Penggerak, Nadiem berkata, akan berfokus pada pedagogi atau seni dalam menjadi seorang guru, serta berpusat pada siswa dan pengembangan holistik.

Pada kesempatan itu, Nadiem menjelaskan, tenaga pendidik dalam Guru Penggerak bukan hanya guru yang baik, tetapi punya kemampuan berinovasi dan mendorong tumbuh kembang murid

“Bukan hanya bertumbuh di kelas, tetapi juga tumbuh secara holistik mengikuti profil Pelajar Pancasila,” katanya.

Adapun pelajar Pancasila sendiri adalah capaian dari program Merdeka belajar yang diidentifikasi menjadi enam profil utama.

“Enam profil utama itu terdiri dari mempunyai rasa bertaqwa kepada Tuhan, kreatif dan adaptif terhadap perubahan, kemampuan gotong royong dan berkolaborasi, mempunyai rasa kebhinekaan, bernalar kritis, dan mandiri,” katanya.

Tak hanya itu, menurut Nadiem, Guru Penggerak juga menjadi coach atau mentor bagi guru lain baik di dalam maupun di luar sekolahnya untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menjadi agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.

Lebih lanjut, Nadiem menyampaikan, untuk pelatihan kepemimpinan sekolah baru akan diawali dengan rekrutmen calon Guru Penggerak.

Selanjutnya dilakukan pelatihan Guru Penggerak dengan mengikuti lokakarya pada fase pertama dan pendampingan pada fase kedua.

“Siapkan diri Anda dan siapkan guru-guru terbaik di sekolah Anda untuk bergabung menjadi Guru Penggerak,” pesan Mendikbud.

Guru penggerak berbasis dampak dan bukti
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril menjelaskan, proses pendidikan dan penilaian guru penggerak akan berbasis pada dampak dan bukti.

“Proses belajarnya 70 persen di tempat kerja dan melakukan refleksi, 20 persen belajar dari guru lain, dan 10 persen belajar dari narasumber,” katanya.

Menurut dia, dalam hal ini, proses kepemimpinan sangat penting. Untuk itu, pihaknya berkaca dari berbagai macam studi dan pendekatan andragogi atau pembelajaran orang dewasa.

“Harus lebih fokus kepada on the job learning. Artinya, pembelajaran yang relevan dan kontekstual sehingga memberi dampak sebaik-baiknya,“ imbuh Iwan.

Iwan mengungkapkan, modul pendidikan bagi guru penggerak nantinya akan dibagi menjadi tiga bagian yang dapat dipelajari.

Pertama, Paradigma dan Visi Guru Penggerak dengan materi Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia – Ki Hadjar Dewantara, Nilai-nilai dan Visi Guru Penggerak, dan Membangun Budaya Positif di Sekolah.

“Paket kedua adalah Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid dengan materi pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional, dan Coaching atau Pelatihan,” tuturnya.

Kemudian, Iwan mengatakan, paket Ketiga adalah Kepemimpinan Pembelajaran dalam Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah.

Ia pun berharap, melalui visi Merdeka Belajar, Guru Penggerak dapat mencetak sebanyak mungkin agen transformasi dalam ekosistem pendidikan yang mampu menghasilkan murid-murid berkompetensi global dan berkarakter Pancasila.

“Mari kita kuatkan kolaborasi untuk anak-anak Indonesia menuju kualitas pendidikan yang semakin baik,” kata dia.

Penulis: Maria Arimbi Haryas Prabawanti
Editor: Mikhael Gewati

©2017 PT. Kompas Cyber Media

Dewi Saraswati - Asal, Keberadaan, dan Signifikansinya


Sementara bentuk dewa laki-laki (Dewa) dikaitkan dengan kekuatan dan perlindungan, sebagian besar bentuk perempuan (Dewi) telah mewakili karakteristik dan kekuatan yang masuk akal seperti kebijaksanaan, kekayaan, penyembuhan, makanan, dll. 

Di antara mereka ada Dewi tertentu (Dewa) telah memantapkan dirinya sebagai tokoh penting untuk apa yang dia wakili (pengetahuan dan kebijaksanaan) dan bagaimana dia muncul (tenang dan di dunianya sendiri) adalah Dewi Saraswati .

Saraswati - Arti harfiahnya

Dipuja oleh pengikutnya dalam mencari keunggulan dalam kebijaksanaan, pendidikan, musik dan wanita independen, nama Saraswati berasal dari "saras" (yang berarti "mengalir") dan "wati" (yang berarti "dia yang memiliki ..."), yaitu "dia yang memiliki aliran "atau bisa berarti Sara yang berarti" esensi "dan swa yang berarti" diri ". Jadi, Saraswati adalah simbol pengetahuan; alirannya (atau pertumbuhannya) seperti sungai dan pengetahuannya sangat memikat, seperti wanita cantik. Dia digambarkan sebagai Dewi cantik cantik dengan Empat tangan, mengenakan saree putih bersih dan duduk di atas teratai putih.

Dewi Saraswati digambarkan memiliki empat tangan, yang mewakili empat aspek kepribadian manusia dalam belajar: pikiran, kecerdasan, kewaspadaan, dan ego. Atau, keempat lengan ini juga mewakili 4 Veda , kitab suci utama bagi umat Hindu.

Asal usul keberadaan Saraswati
Seperti kehadirannya, asalnya sangat penting dalam keseimbangan dan penciptaan dunia menurut teks-teks Hindu. Setelah menciptakan alam semesta, Brahma melihat-lihat apa yang dibuat dan menyadari itu tidak berbentuk dan sama sekali tidak memiliki konsep. Untuk membantunya dalam tugas monumental menciptakan bentuk ini, Brahma memutuskan untuk menciptakan perwujudan pengetahuan. Maka dari mulutnya muncul Devi Saraswati - dewi pengetahuan dan kebijaksanaan . Saraswati muncul dari Brahma dan mulai memberinya arahan tentang bagaimana menciptakan keteraturan di alam semesta; matahari, bulan, dan bintang-bintang semuanya terbentuk. Dia kemudian menjadi pengantin Brahma, ketika pasangan mereka menciptakan tatanan yang kita lihat hari ini.

"Pengetahuan membantu seorang pria menemukan kemungkinan di mana begitu dia melihat masalah." Kata dewi Saraswati. Di bawah pengawasannya, Brahma memperoleh kemampuan untuk merasakan, berpikir, memahami dan berkomunikasi. Dia mulai melihat kekacauan dengan mata kebijaksanaan dan dengan demikian melihat potensi indah yang terbentang di dalamnya.

Brahma menemukan melodi mantra dalam hiruk pikuk kekacauan. Dalam kegembiraannya, ia menamai Saraswati, Vagdevi, dewi bicara dan suara.

Suara mantra memenuhi alam semesta dengan energi vital atau prana. Segala sesuatu mulai terbentuk dan kosmos memperoleh suatu struktur: langit dihiasi bintang-bintang untuk membentuk langit; laut tenggelam ke dalam jurang di bawah, bumi berdiri di antaranya. Dewa menjadi penguasa bidang surgawi; setan memerintah wilayah bawah, manusia berjalan di bumi. Matahari terbit dan terbenam, bulan bertambah dan menyusut, ombak mengalir dan surut. Musim berubah, benih berkecambah, tanaman mekar dan layu, hewan bermigrasi dan direproduksi ketika keacakan memberi jalan pada ritme kehidupan. Dewa Brahma dengan demikian menjadi pencipta dunia dengan Dewi Saraswati sebagai kebijaksanaannya.

Foto perayaan Hari Raya Saraswati SMP Negeri 4 Sukasada