Sabtu, 06 Juni 2020

Sambut New Normal, Kemendikbud Siapkan Super Aplikasi Pendidikan


Sampai saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) belum membuat ketentuan new normal di dunia pendidikan atau sekolah. Namun Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Iwan Syahril mengatakan prioritas new normal di dunia pendidikan adalah keamanan, kesehatan, dan keselamatan.

’’Kalau daerahnya aman, tapi sekolahnya tidak aman, maka sekolah dilarang melaksanakan pembelajaran yang mengumpulkan massa,’’ katanya Jumat (5/6). Dia menegaskan menutup sekolah atau meniadakan pembelajaran di kelas, bukan berarti proses pembelajaran tidak terjadi.

Sebab pemerintah memberikan pilihan pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran dari rumah itu bisa dilaksanakan secaran online, offline, atau campuran keduanya (blanded). Apapun bentuk pembelajaran dari rumah yang digunakan, terpenting adalah orientasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa.

Iwan juga mengatakan pembelajaran jarak jauh secara online jangan sampai hanya memindahkan tatap muka ceramah di kelas. Lebih dari itu siswa harus difasilitasi untuk aktif belajar. Pembelajaran bukan berpusat pada guru.

Dia mengungkapkan Kemendikbud saat ini juga tengah mengembangkan super aplikasi pendidikan. Super aplikasi ini dapat membantu siswa belajar lebih baik. Iwan mengklaim aplikasi ini jauh lebih canggih dan penggunaannya semudah penggunaan aplikasi populer seperti Gojek atau Tokopedia.

’’Dengan adanya pandemic ini, kita ingin mempercepat atau akselerasi pemanfaatan aplikasi tersebut,’’ tuturnya. Dia berharap aplikasi itu lebih cepat diluncurkan dari rencana semula. Iwan juga mengatakan perlu ada sinergi dengan pihak-pihak lain yan gselama ini sudah menjalankan praktik-praktik baik pendidikan.

Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation M. Ari Widowati memaparkan survei yang melibatkan guru, kepala sekolah, orangtua, dan siswa dari 454 sekolah dan madrasah mitra mereka.

’’Salah satu temuan menarik adalah 48,3 persen siswa senang dengan belajar di rumah,’’ katanya dalam webinar yang digelar Kamis (4/6). Sebab gurunya berhasil membuat para siswa belajar lebih menarik, bervariasi, dan bermakna. Sementara itu ada 46,8 persen siswa menyatakan belajar di rumah tidak menyenangkan. Diantara sebabnya adalah terlalu banyak tugas dari guru.

Ari mengatakan di tengah masa pandemi Covid-19, Tanoto Foundation tetap melatih dan mendampingi para guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen LPTK. Pelatihan menggunakan materi yang disesuaikan dengan konteks pembelajaran berbasis teknologi, online, serta offline. 
Sumber: kompas.com

0 comments:

Posting Komentar